SKRIPSI (STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MA MA’ARIF NU NURUL ISLAM BADES PASIRIAN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017)
BACA SEMUANYA DISINI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan beberapa studi yang telah dilakukan peneliti berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat peneliti uraikan beberapa karya penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu, diantaranya:
1. Nur Azizah dengan skripsinya yang berjudul “Upaya Madrasah Dalam Pembinaan Kecerdasan Spiritual Siswa Studi Kasus Di MIN Jejeran Pleret Bantul Yogyakarta” dengan memfokuskan penelitiannya: 1) Bagaimana upaya madrasah dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di MIN jejeran pleret bantul yogyakarta? 2) Bagaimana efektifitas progam dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di MIN jejeran pleret bantul yogyakarta? 3) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di MIN jejeran pleret bantul yogyakarta?
14
14
Dalam skripsi ini disimpulkan bahwa: 1) Upaya madrasah dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa di MIN Jejeran Pleret Bantul Yogyakarta dilaksanakan melalui beberapa progam, diantaranya: sholat dhuha berjamaah, membaca baca-bacaan sholat , tadarus bersama sebelum proses pembelajaran dimulai, membaca asma’ull husna, mujaddalah dan simaan al-Qur’an, guru mengucapkan salam ketika bertemu siswa, perawatan green house, kegiatan jum’at bersih, dan pesantren Ramafhan. 2) Progam madrasah yang diadakan oleh MIN Jajaran sangat efektif, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yaitu P=80,375%. 3) Faktor pendukung dalam pembinaan kecerdasan spiritual siswa MIN Jejeran Pleret Banul Yogyakarta antara lain: mayoritas siswa yang berasal dari keluarga santri dan bertempat tinggal di lingkungan yang islami, fasilitas madrasah yang memadai, dukungan dari pihak komite madrasah, kepala madrasah, semua guru dan wali siswa, antusias dari para siswa dalam mengikuti progam madrasah, dan terdpat kata-kata motivasi untuk selalu berakhlaq baik. Sedangakan faktor penghambatnyaa antara lain: pihak madrasah tidak bisa memantau kegiatan siswa sehari-hari selama dirumah dan apakah wali siswa sudah memantau dengan baik atau belum terhadap kecerdasan spiritual siswa di rumah, asumsi yang salah dari sebagian pihak wali siswa, bahwa wli siswa menyerahkan sepenuhnya kepada madrasah utnuk membina kecerdasan spiritual anak-anaknya, dna lingkungna bermain siswa yang tidak mendukung ketika berada diluar madrasah.[17]
2. Muthea Hamidah dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Guru Pai Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung Tahun 2014/2015” dengan memfokuskan penelitiannya pada: 1) Bagaimana kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung ? 2) Bagaimana cara guru dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung? 3) Bagaimana peningkatan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung?.
Dalam skripsinya disimpulkan bahwa: 1) kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru sudah sangat baik, terlihat dari sikap siswa terhadap guru, teman dan lingkungannya serta dalam pelaksanaan ibadahnya sehari-hari. 2) Cara guru PAI untuk memberikan motivasi sangat beragam dan sudah sangat baik, yaitu melalui nasehat dan keteladanan. Terbukti adanya hasil dari pemberian motivasi tersebut. 3) Peningkatan kecerdasan spiritual siswa yaitu adanya kesadaran untuk menutup aurat dengan memakai hijab dalam pembelajaran dan dilanjutkan setelah lulus, melakukan kegiatan beribadah tidak perlu untuk ditegur, adanya perubahan tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.[18]
3. Ana Rahmawati penelitiannya yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa Di Mi Ma’arif Nu 1 Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas” dengan memfokuskan penelitiannya pada: Bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa di MI Ma’arif NU 1 Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas ?
Dalam skripsinya disimpulkan bahwa: Upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual pada siswa di MI Ma’arif NU 1 Kalitapen yaitu melalui kegiatan pembiasaan keagamaan yang berupa : piket jemput siswa, mengucapkan salam, mencium tangan guru, do’a bersama sebelum dan sesudah belajar, shalat dhuha, shalat dhuhur berjama’ah, infak jum’at, kegiatan jalan pagi dan ekstrakurikuler keagamaan.
Kegiatan pembiasaan keagamaan yang telah berjalan di MI Ma’arif NU 1 Kalitapen Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas adalah hal cukup baik dilaksanakan, karena dirasakan membawa hal yang positif bagi siswa – siswinya dalam mengembangkan kecerdasan spiritual serta membentuk kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Hambatan yang dihadapi dalam penerapan pembiasaan – pembiasaan di MI Ma’arif NU 1 Kalitapen ini adalah :motivasi siswa untuk melaksanakan pembiasaan tersebut masih kurang.
Adapun upaya – upaya yang ditempuh untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan adanya punishmen (sanksi) kepada siswa yang tidak melaksanakan kegiatan tersebut, serta memberikan perhatian, bimbingan, dan menumbuhkan kemauan dan motivasi kepada siswa.[19]
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu lebih menekankan upaya atau strategi guru dan madrasah dengan menanamkan kecerdasan spiritual pada siswa, namun penelitian ini lebih menekankan lagi pada strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.
B. Kajian Teori
1. Strategi
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan dan merupakan suatu rancangan yang memberikan bimbingan kearah atau tujuan organisasi yang telah ditentukan, dan pada akhirnya strategi organisasi adalah menentukan hal yang benar untuk dilakukan.[20] Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.[21]
Menurut Websters definisi strategi adalah ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-operasi militer bersekala besar.[22]
Sedangkan menurut Ricky W. Griffin strategi merupakan rencana lengkap untuk tujuan organisasi, atau suatu proses yang lengkap berkelanjutan yang ditujukan untuk memformulasikan dan mengemplementasikan strategi secara afektif.[23]
Sedangkan strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana cermat megenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Stategi pada intinya adalah langkah-langkah yang bermakna luas dan mendalam dihasilkan dari sebuah proses pemikiran dan perenungan yang dihasilkan dari sebuah proses pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasarkan teori dan pengalaman yang mengatur, merencanakan terutama denganmenggunakan strategem (perlengkapan), rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih target atau sasaran.
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berbagai pengertian tersebut di atas, penulis tegaskan bahwa pengertian strategi yaitu cara atau langkah-langkah pengarahan terpadu bagi madrasah dan memberikan pedoman pemanfaatan sumber daya-sumber daya madrasah untuk mencapai tujuan.
2. kepala sekolah
Kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada disuatu sekolah, sehingga dapat didaya gunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.[24] Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan haluan negara dalam mengupayakan pendidikan paling baik bagi anak-anak di sekolah.[25]
Menurut A.A. Ketut Jelantik kepala sekolah adalah figur yang mampu menjadi fasilitator untuk mencapai tujuan pendidikan, kepala sekolah juga menjadi tokoh sentral dimana dimana para orang tua menggantungkan masa depan anak-anaknya.[26]
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab besar mengelola sekolah dengan baik agar menhasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarkat, bangsa, dan negara. Dengan kata lain mengelola sekolah secara baik adalah tanggung jawab utama kepala sekolah. Disinilah, kepala sekolah berprofesi sebagai manager sekaligus pemimpin, dua peran yang diemban dalam satu waktu dan tidak bisa dipisahkan. Sebagai manajer, kepala sekolah berperan langsung dilapangan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, evaluasi, dan usaha perbaikan terus-menerus. Dan sebagai pemimpin, kepala sekolah harus memberikan keteladanan, motivasi, spirit pantang menyerah dan selalu menggerakkan inovasi sebagai jantung organisasi.[27]
Menurut Nurkolis peran kepala sekolah memiliki banyak fungsi dimana diantaranya,sebagai evaluator , manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan sebagai motivator.[28]
Adapun tugas-tugas kepala sekolah adalah sebagai berikut:[29]
a. kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua/wali siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
b. Dengan waktudan sumber yang terbatas, kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat dan dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dan kepentingan sekolah.
c. Kepala sekolah harus berpikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah juga harus mampu memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikannya dengan satu solusi yang feasible (dapat dikerjakan dengan mudah), seerta harus bisa melihat setiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
d. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru menengah. Sekolah sebagi suatu organisasi yang di dalamnya terdiri dari manusia dengan latar belakang yagn berbeda-beda, yang bisa menimbulkan berbagi konflik, maka kepala skolah harus bisa menjadi penegah dalam konflik tersebut.
e. Kepala sekolah adalah seorang politis. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pedekatan persusi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, abapila terpenuhi tiga syrat berikut. Pertama, dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing. Kedua, terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dsb. Ketiga, terciptanya kerja sama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktifitas dapat dilaksanakan.
f. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan, kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpimnya.
g. Kepala sekolah mengambil keputusan keputusan kepitisan sulit. Tidak ada satu organisasipun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah, sebagai suatu orgaisasi, tidak luput dari berbagai persoalan dan kesulitan. Dan, apabila terjadi kesulitan-kesulitan, kepala sekolah diharpkan berperan sebagai orang yanag dapat menyelesiakan persoalan yang sulit tersebut.
3. Pengertian Kecerdasan Spiritual
a. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan dalam bahasa Inggris adalah intelligence dan bahasa Arab disebut al-dzaka. Menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu dalam arti, kemampuan (alqudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna.[30] Kecedasan berasal dari kata cerdas yang secara harfiah berarti sempurna perkembangan akal budinya, pandai dan tajam pikirannya. Selain itu cerdas dapat pula berarti sempurna pertumbuhan tubuhnya seperti sehat dan kuat fisiknya.[31] Jadi kecerdasan merupakan kemampuan tertinggi dari jiwa yang ada pada makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia yang diperolehnya sejak lahir dan dalam perkembangannya mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Beberapa para ahli mencoba merumuskan definisi kecerdasan diantaranya:
Robert Ornztein bakat sebagai kecerdasan, sementara Shephard dan Jupp mengatakan keupayaan untuk belajar, berfikir dan menyesuaikan diri melalui pengalaman sebagai kecerdasan.[32]
Menurut Gardner kecerdasan adalah satu set kemahiran yang membolehkan individu itu menyelesaikan masalah ataupun menghasilkan keluaran ataupun perkhidmatan yang bernilai kepada budayanya.[33]
Pada mulanya, para ahli beranggapan bahwa kecerdasan hanya berkaitan dengan kemampuan struktur akal (intellect) dalam menangkap gejala sesuatu, sehingga kecerdasan hanya bersentuhan dengan aspek-aspek kognitif (al-majal alma’rifi). Namun pada perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kehidupan manusia bukan semata-mata memenuhi struktur akal, melainkan terdapat struktur kalbu yang perlu mendapat tempat tersendiri untuk menumbuhkan aspek-aspek afektif (al-majal al-infi’ali) seperti kehidupan emosional, moral, spiritual dan agama.[34] Karena itu, jenis-jenis kecerdasan pada diri seseorang sangat baragam yang kesemuanya dapat dikembangkan seiring dengan kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya.
Pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan dan melakukan tindakan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai guna bagi masyarakat.
b. Pengertian Spiritual
Dimensi spiritual adalah dimensi yang paling penting dan agung bagi manusia. Bagi seorang anak, perkembangan dimensi ini sangatlah penting. Dimensi ini akan menentukan, apakah kelak dia menjadi pribadi yang bahagia atau menderita.[35]
Spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, dan moralitas. Dia memberi arah dan arti bagi kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar dibanding kekuatan kita semua. Inilah kesadaran yang menghubungkan kita dengan Tuhan.[36]
c. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Secara terminologi,kecerdasan spiritul merupakan kecerdasan pokok yang dengannya dapat memecahkan masalah-masalah makna dan nilai, menempatkan tindakan dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan bermakna. Kecerdasan spiritual lebih merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualiltas kehidupan spiritualnya.[37]
Menurut Budi Prayinto, kecerdasan spiritual adalah sebuah bentuk kecerdasan yang Allah berikan kepada kita sebagai bagian dari fitrah manusia.[38]
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.
Danah Zohar, menilai bahwa kecerdasan spiritual merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk kecerdasan sebelumnya, yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual dinilai sebagai yang tertiggi karena erat kaitannya dengan kesadaran seseorang untuk bisa memaknai segala sesutu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan sebuah kebahagiaan.[39]
Menurut Agustian, spritual berasal dari kata spirit, yang artinya murni. Apabila manusia berjiwa jernih, maka dia akan menemukan potensi mulai dirinya, sekaligus menemukan siapa Tuhannya. [40]
Budi Yuwono, mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai tingkat pemahaman kehendak tuhan dalam kehidupan setiap pribadi, jadi semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang, semakin ia dapat memahami kehendak tuhan dalam setiap langkah kehidupannya.[41]
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, ketika menghadapi persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emocional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dengan demiikian, langkang-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam kehidupan.
d. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual mendorong transformasi dan memberikan rasa moral kepada kehidupan individu, memungkinkan individu keluar dari batasan-batasan ataupun kondisi-kondisi yang ada. [42]
Menurut Jalaludin Rahmad, individu yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material
2) Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak
3) Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari
4) Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual sebagai bahan untuk menyelesaikan masalah
5) Kemampuan untuk bisa berbuat [43]
Kemudian dalam pengembangan dan praktik kecerdasan spiritual, ada 10 sifat yang menunjukkan kemampuan kita untuk menggunakan keseluruhan otak kita, kemampuan kita untuk mengetahui dan mempraktikkan mana dan tujuan terdalam kita, kemampuan kita untuk menimbulkan transformasi dalam hidup kita dan dalam pekerjaan tempat kita beraktivitas dan kesanggupan kita untuk berfikir pada saat kacau. Sifat-sifat ini memungkinkan kita untuk berhubungan dengan jiwa kita sendiri dan untuk menempatkan diri kita di inti terdalam diri manusia. Inilah kedua belas sifat-sifat itu:[44]
1) Kesadaran diri. Mengetahui apa yang diyakini dan mengetahui nilai serta hal apa yang sungguh-sungguh memotivasi diri kita.
2) Spontanitas. Menghayati dan merespon momen dan semua yang dikandungnya.
3) Terbimbing oleh visi dan nilai. Bertindak berdasarkan prinsip dan keyakinan yang dalam dan hidup sesuai dengannya.
4) Holistis. Kesanggupan untuk melihat pola-pola, hubungan-hubungan dan keterkaitan yang lebih luas.
5) Kasih sayang.
6) Menghargai keragaman keragaman. Menghargai perbedaan orang lain dan situasi-situasi yang asing dan tidak mencercanya.
7) Mandiri, teguh melawan mayoritas.
8) Mempertanyakan secara mendasar. Berpijak pada problem atau situasi yang ada untuk mencari gambaran lebih besar, konteks lebih luas.
9) Menata kembali dalam gambaran besar.
10) Teguh dalam kesulitan.
Menurut Danah Zahar dan Ian Marshall, tanda-tanda kecerdasan spiritual yang telah berkembang baik mencakup hal-hal berikut:[45]
1) Kemampuan bersikap fleksibel.
2) Tingkat kesadaran yang dimiliki tinggi.
3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
6) Keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu.
7) Kemampuan untuk melihat keterkaitan berbagai hal.
8) Memiliki kecenderungan bertanya “mengapa/bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang mendasar.
9) Memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri.
Menurut Toto Tasmara mengungkapkannya dalam 7 indikator kecerdasan spiritual, diantaranya adalah:[46]
1) Merasakan kehadiran Allah
2) Berdizikir dan berdoa
3) Memiliki kualitas sabar
4) Cenderung pada kebaikan
5) Memiliki empati yang kuat
6) Berjiwa besar
7) Memiliki visi
Menurut Marsha Sinetar (2000), pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) mempunyai kesadaran diri yang mendalam, intuisi dan kekuatan “keakuan” atau “otoritas” tinggi, kecenderungan merasakan “pengalaman puncak” dan bakat-bakat “estetis”.[47]
Dari penjelasan di atas penulis akan mengambil 5 ciri-ciri kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik diantaranya:
1) Merasa kehadiran Allah
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasakan kehadiran Allah dimana saja mereka berada. Mereka meyakini adanya kamera ilahiah yang terus menyoroti qalbunya, dan mereka merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicatat Allah tanpa ada satupun yang tercecer.Hal ini sebagaimana dalam firman Allah surat Qaf ayat 16:
ô‰s)s9ur $uZø)n=yz z`»|¡SM}$# ÞOn=÷ètRur $tB â¨Èqó™uqè? ¾ÏmÎ/ ¼çmÝ¡øÿtR ( ß`øtwUur Ü>tø%r& Ïmø‹s9Î) ô`ÏB È@ö7ym ωƒÍ‘uqø9$# ÇÊÏÈ
Artinya: ”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.[48]
2) Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
Dalam pendapat Danah Zohar mengenai ciri-ciri kecerdasan spiritual yaitu, orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, dan kualitas hidupnya diilhami oleh visi dan nilai, ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan, apabila orang yang memiliki tingkat kesadaran tinggi dalam hidupnya, maka dia akan enggan untuk berbuat yang tidak baik, seperti dalam mentaati ramburambu lalu lintas, dia senantiasa mentaati peraturan yang berlaku, karena dia sadar akan pentingnya, keselamatan dan ketertiban dalam berkendaraan, dan orang ini juga telah mempunyai kualitas hidup, karena diilhami oleh nilai-nilai, berupa norma hukum demi keselamatan semua orang. Ketiga ciri yang dikatakan Danah Zohar dan Marshall yaitu memiliki tingkat kesadaran tinggi, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai, dan kengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, ini hampir sama dengan ciri-ciri yang diungkapkan oleh Ary Ginanjar Agustian yaitu istiqomah, karena secara terminologi, menurut Tasmara istiqomah diterjemahkan sebagai bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten dan teguh pada pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju kepada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik. Apabila orang yang memiliki sifat istiqomah, dia akan konsisten dalam berbuat baik, karena dia memiliki tingkat kesadaran tinggi, untuk menjalani nilai- nilai, seperti norma yang ia pegang dalam hidupnya.[49]
3) Rendah hati
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, yaitu memiliki sifat rendah hati, yaitu sifat, dimana seseorang merasa segala nikmat yang ia dapatkan, semata-mata karena Allah, dan dia tidak menganggap dirinya lebih mulia dari orang lain, tapi dia akan menghargai orang lain, dan menjauhkan diri dari sifat menyombongkan dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Furqan 65 berikut ini:
šúïÏ%©!$#ur tbqä9qà)tƒ $uZ/u‘ ô$ÎŽñÀ$# $¨Ytã z>#x‹tã tL©èygy_ ( žcÎ) $ygt/#x‹tã tb%x. $·B#txî ÇÏÎÈ
Artinya: ”Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, jauhkan azab Jahannam dari Kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.[50]
4) Ikhlas
Ikhlas adalah orang yang melakukan sesuatu karena Allah dan mengharapkan ridha Allah SWT. Ikhlas ada hubungannya dengan ciri yang diungkapkan oleh Zohar dan Marshall yaitu, kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit (cobaan), seseorang akan mampu menghadapi segala cobaan, apabila dia memiliki sifat tawakkal terhadap segala ketentuan Allah, kemudian ikhlas menerimanya.
5) Sabar
Sabar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, menghindari hawa nafsu yang mengajak ke hal-hal negatif.[51] Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita- cita sehingga membuat diri manusia menjadi makhluk yang kuat dan tidak putus asa dalam menghadapi masalah atau ujian dari Allah.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membuat kita menjadi utuh, yang membuat kita bisa mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktivitas, dan keberadaan kita. Kecerdasan spiritual memungkinkan kita untuk mengetahui siapa sesungguhnya diri kita dan organisasi kita. Kecerdasan spiritual membuat kita bersentuhan dengan sisi dalam keberadaan kita dan dengan mata air potensialitas kita. Kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan kita, tempat kita bertindak, berpikir dan merasa. Bahkan kecerdasan spiritual adalah kemampuan pribadi saya mengenai apa arti memiliki suatu jiwa, menjadi satu saluran hidup yang melaluinya dimensi-dimensi dan potensi-potensi kehidupan yang lebih dalam bisa muncul ke permukaan dan memasuki dunia. Kecerdasan spiritual kitalah yang memberi kita (atau menjadikan kita) sebuah jiwa.[52]
Pendidikan hati sebagai pusat dalam kecerdasan spiritual adalah pendidikan yang sejati. Jika pendidikan yang ada selama ini lebih banyak menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual, pendidikan hati justru ingin menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang relatif dalam kehidupan sehari-hari.
Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk mendidik hati menjadi benar. Metodenya tergantung kepada diri siapa kita. Pertama, jika kita mendefinisikan diri kita sebagai bagian dari kaum beragama, tentu kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal: bagaimana kecerdasan spiritual bisa mendidik hati kita untuk menjalin hubungan kemesraan kehadirat Tuhan. Jika dalam Islam ditegaskan dalam al-Qur’an, “ketahuilah, dengan berfikir kehadirat Allah, hati kalian menjadi tenang”. Maka dzikir mengingat Allah dengan lafal-lafal tertentu merupakan salah satu metode kecerdasan spiritual untuk mendidik hati menjadi tenang dan damai. Kedua, implikasinya secara horizontal: kecerdasan spiritual mendidik hati kita ke dalam budi pekerti yang baik dan moral yang beradab.[53]
Iman, tauhid dan ibadah kapada Allah menimbulkan sikap istiqomah dalam perilaku. Dan melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah seperti shalat, haji dan zakat dapat membersihkan dan menyucikan jiwa serta membeningkan hati dan menyiapkannya untuk menerima musyahadah (penampakan keagungan) Allah berupa cahaya, hidayah dan hikmah. Dalam Islam memperbanyak dzikir dan dengan shalat serta diiringi kesabaran hal itulah merupakan obat yang akan membersihkan jiwa manusia dari dosa-dosa dan mensucikan hati manusia dari berbagai penyakit.
Seperti dalam firman Allah SWT surat al-A’laa ayat 14-15 berikut ini:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15)
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),15. dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang”.[54]
Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dapat ditempuh dengan jalan menghayati serta mengamalkan agama; yaitu Rukun Iman (iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman kepada para Nabi, iman kepada Kitab Suci, iman kepada Hari Kemudian, iman pada Takdir); dan Rukun Islam (mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menjalankan puasa dalam bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji).[55]
e. Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaan. Karna itu kecerdasan spiritual dianggap sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan. Sebab kebahagaian dan menemukan makna kehidupan merupakan tujuan utama setiap orang. Bahagia di dunia maupun bahagia di akhirat kelak serta menjadi manusia yang bermakna dan berguna untuk manusia serta makhluk lain dapat dicapai jika seseorang dapat mengoptimalkan kecerdasannya dan melaraskan antara IQ, EQ, SQ yang dimiliki.
Akhmad Muhaimin Azzet menyampaikan langkah-langkah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, yaitu sebagai berikut:
1) Membimbing Anak Menemukan Makna Hidup
a) Membiasakan diri berpikir positif
Cara berpikir positif akan membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seseorang manusia. Berpikir positif yang paling mendasar untuk dilatihkan kepada anak-anak adalah berpikir positif kepada Tuhan yang telah menetapkan takdir bagi manusia. Ketika seseorang telah berusaha semaksimal mungkin dan hasilnya tinb dak tidak sesuai dengan harapan, orang tersebut menyadari bahwa itulah takdir Tuhan yang harus diterima dengan sabar, dan berpikir secara positif kepada Tuhan bahwa apa yang diputuskan-Nya adalah yang terbaik serta berintropeksi guna melangkah yang lebih baik lagi. Berpikir positif juga bias dilatihkan kepada anak-anak kita dengan cara terus-menerus membangun semangat dan rasa optimis dalam menghadapi segala sesuatu.
b) Memberikan sesuatu yang terbaik
Menanamkan kepada anak bahwa apa yang dilakukan atau apa yang dikerjakan diketahui oleh Tuhan perlu kita latihkan kepada mereka. Agar anak-anak kita akan tetap berusaha memberikan yang terbaik dalam hidupnya karena ia berbuat untuk Tuhannya. Maka anak tersebut tidak akan mudah untuk menyerah sebelum apa yang telah direncakannya berhasil. Apabila seseorang berbuat sesuatu atau bekerja dengan misi untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk Tuhan secara otomatis hasil kerjanya pun berbanding lurus dengan keberhasilan. Apa yang diupayakannya pun bernilai baik dihadapan orang lain kerena ia telah bekerja dengan memberikan yang terbaik kepada Tuhannya.
c) Menggali Hikmah di setiap kejadian
Kemampuan untuk bisa menggali hikmah ini penting sekali disampaikan bahkan dilatihkan kepada anak agar tidak terjebak untuk menyalahkan dirinya, atau bahkan menyalahkan Tuhan atas semua kegagalan-kegagalan yang dialami. Satu hal yang penting untuk dipahami bahwa, hal tersebut bisa dilakukan apabila berangkat dari sebuah keyakinan bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik kepada hanba-Nya; bahwa segala sesuatut erjadi pasti ada manfaatnya; bahwa sepahit-pahitnya sebuah kejadian pasti bisa ditemukan nilai manisnya.[56]
2) Mengembangkan Lima Latihan Penting
a) Senang berbuat baik, hal yang dapat dilakukan dalam melatih anak-anaknya agar senang berbuat baik adalah memberikan pengertian tentang pentingnya berbuat baik. Berbuat baik dengan senang hati tanpa mengharap imbalan dari orang lain, baik berupa pujian atau harapan agar orang tersebut berbuat serupa kepadanya. Dan meyakinkan bahwa perbuatan baik yang telah dilakukan tidaklah sia-sia. Ada hukum yang pasti berlaku barangsiapa yang melakukan kebaikan, pasti akan menerima anugerah kebaikan pula.
b) Senang menolong orang lain, setidaknya ada tiga cara dalam menolong orang lain yang dapat dilakukan yakni, menolong dengan kata-kata atau nasihat, menolong dengan tenaga, dan menolong dengan barang (baik itu berupa makanan, obat-obatan, uang, atau harta benda yang lain). Kecenderungan orang pada umumnya yang bersifat pelit, senang menolong kepada orang lain menjadi sangat penting untuk dilatihkan kepada anak dan merupakan sumber kebahagiaan.
c) Menemukan tujuan hidup, merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan seseorang. Tanpa tujuan yang jelas, seseorang akan sulit menemukan kebahagiaan. Salah satu yang dapat dilakukan dalam menemukan tujuan hidup adalah melalui kesadaran beragama. Dengan memperdalam pemahaman terhadap ajaran agama, seseorang akan menemukan tujuan hidup yang jelas dan akan terus berjuang dengan senang hati dalam keyakinannya.
d) Turut merasa memikul sebuah misi mulia. Hidup seseorang akan terasa jauh lebih bermakna apabila ia turut merasa memikul sebuah misi mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan. Sebagai orang beriman, sumber kekuatan yang diyakini sudah barang tentu adalah Tuhan. Misi mulia itu bermacam-macam, misalnya perdamaian, ilmu, pengetahuan, kesehatan, atau harapan hidup.
e) Mempunyai selera humor yang baik, tanpa adanya humor, kehidupan akan berjalan kaku. Maka, ketika terjadi ketegangan, humor diperlukan agar suasana kembali cair dan menyenangkan. Selera humor yang baik ini bisa dilatihkan kepada anak-anak. Sebab, pada dasarnya, rasa humor adalah sesuatu yang manusiawi. Hal penting yang harus disampaikan kepada anak-anak, bahwa humor yang baik adalah humor yang efektif. Setidaknya, ada dua hal yang harus diperhatiakn agar humor yang kita sampaikan dapat berfungsi secara efektif, yakni kapan dan kepada siapa.[57]
3) Melibatkan Anak dalam Beribadah, kecerdasan spiritual sangat erat kaitannya dengan kejiwaan. Demikian pula dengan kegiatan ritual keagamaan atau ibadah. Keduanya bersinggungan erat dengan jiwa atau batin seseorang. Apabila jiwa atau batin seseorang mengalami pencerahan, sangat mudah baginya mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Missal, orang tua atau guru dapat memberikan contoh dalam ibadah sholat dan puasa, anak dilatih ikut berjamaah dimasjid, dan dilatih berpuasa sejak dini.[58]
4) Menikmati Pemandangan Alam yang Indah, hal ini dapat membangkitkan kekaguman jiwa terhadap Sang Pelukis alam, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Setidaknya hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Yang pertama, anak diajak untuk memperhatikan alam yang sudah biasa dilihat, yang kedua, anak diajak ketempat yang jarang atau bahkan belum pernah dikunjungi.[59]
5) Mengunjungi Saudara yang Berduka. Ada senang dan ada susah, begitulah proses kehidupan yang sudah dipahami oleh setiap manusia. Namun, ketika menghadapi proses tidak senang atau duka itu seorang diri, hanya orang –orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang bisa menghadapi. Agar anak-anak dapt menemukan makna hidupnya dan dapat mempunyai kecerdasan spiritual yang baik meski saat duka menjelang, perlu bagi kita selaku guru atau orang tua untuk mengajak mengunjungi saudara yang sedang berduka.
a) Mengunjungi saudara yang sedang bersedih
b) Mengunjungi saudara di panti asuhan
c) Mengunjungi saudara yang sedang sakit
d) Mengunjungi saudara yang ditinggal mati
e) Mengunjungi saudara di makam[60]
6) Mencerdaskan Spiritual Melalui Kisah. Kecerdasan spiritual anak dapat ditingkatkan melalui kisah-kisah agung, yakni kisah orangorang dalam sejarah yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Seorang guru atau orang tua dapat menceritakan kisah para nabi, para sahabat yang dekat dengan nabi, orang-orang yang terkenal kesalehannya, atau tokoh-tokoh yang tercatat dalm sejarah kerena mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.[61]
7) Melejitkan Kecerdasan Spiritual dengan Sabar dan Syukur, sifat sabar akan menghindarkan anak dari sifat tergesa-gesa, mudah menyerah, memberikan rasa tenang dalam hal apapun. Sedangkan rasa syukur dapat memberikan sifat tidak mudah cemas, sanggup menghadapi kenyataan di luar dugaan, dan anak akan lebih semangat. Kedua hal ini penting dilatihkan kepada anak sejak dini.[62]
[17]Nur Azizah, Upaya Madrasah Dalam Pembinaan Kecerdasan Spiritual Siswa Studi Kasus Di MIN Jejeran Pleret Bantul, Yogyakarta, 2014.
[18]Muthea Hamidah, Peran Guru PAI Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Di SMP Negeri 3 Kedungwaru, Tulungagung, 2015.
[19] Ana Rahmawati, Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Pada Siswa Di Mi Ma’arif Nu 1 Kalitapen Kecamatan Purwojati, Banyumas, 2015.
[20]Mochamad Iskarim, Strategi Pembelajaran PAI Dalam Pencapaian Kompetensi Siswa,(Yogyakarta, 2008), 23.
[21] KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
[22] M. Suyanto, Marketing Strategi Top Brand Indonesia, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2007), 16.
[23] Ricky W. Griffin, Manajemen, (jakarta: Erlangga, 2004), 249.
[24]Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), 17.
[25] Robert J. Strratt, menghadirkan pemimpin vesioner, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 16.
[26]A.A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional Panduan Menuju PKKS, (Yogyakarta: Cv Budi Utama, 2012), 4.
[27]Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), 22.
[28] Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: Grasindo, 2008), 120.
[29]Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), 42.
[30] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 96.
[31]KBBI, Kamus Besar Bahasa Indoesia.
[32] Salhah Abdullah, Kecerdasan Pelbagai, (Kuala Lumpur: PTS Profesional, 2009), 4.
[33] Mohd. Azhar Abdul Hamid, Meningkatkan Daya Fikir, (Kuala Lumpur: PTS Profesional, 2007), 88.
[34]Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 318.
[35]Mustamir Pedak dan Handoko Sudrajad, Saatnya Bersekolah. (Jogjakarta: Bukun Biru, 2009), 120.
[36]Sudrajad, Saatnya Bersekolah., 121.
[37]Wahyudi siswanto, membentuk kecerdasan spiritual anak, (Jakarta: Amzah, 2012). 10.
[38]Budi Prayinto, Spiritual Tipping Poin Menghayati Momen-Momen Haji Menuju Revolusi Ruhani, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), 153.
[39]Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 31.
[40]Wahyudi siswanto, Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak, (Jakarta: Amzah, 2012), 11.
[41] Budi Yuono, SQ Reformation Rahasia Pribadi Cerdas, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), 78.
[42]Sanerya Hendrawan, Spiritual Management, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), 60.
[43]Jalaluddin Rakhmat, SQ For Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Sejak Dini, (Jakarta: Mizan, 2007), 51.
[44]Sanerya Hendrawan, Spiritual Management, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009), 61.
[45]Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Kecerdasan Spiritual, (Bandung: Mizan, 2007), 14.
[46]Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcedental Intelegensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 38.
[47]Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 46.
[48]Al-Qur’an., 50:16
[49]Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah Transcedental Intelegensi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 203.
[50]Al-Qur’an., 25:65
[51]Mahfudz Syairozi, Konsep Pendidikan Generasi Tiga Dimensi, (Jombang, Jejak Pena, 2002), 153.
[52]Danah Zohar dan Ian Marshall, Spiritual Capital: Memberdayakan SC di Dunia Bisnis, Terj. Helmi Mustofa, (Bandung: Mizan, 2005), 117.
[53]Sukidi, Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 28.
[54]Al-Qur’an., 87:14-15.
[55]Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), 232.
[56]Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan kecerdasan spiritual bagi anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 55.
[57]Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan kecerdasan spiritual bagi anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 66.
[58]Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan kecerdasan spiritual bagi anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 65.
[59]Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan kecerdasan spiritual bagi anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 71.
[60] Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangakan kecerdasan spiritual bagi anak, (Jogjakarta: Katahati, 2015), 74.
[61] Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan, 83.
[62]Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan, 92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar anda di bawah ini, sesuai apa yang anda baca